Tampilkan postingan dengan label migas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label migas. Tampilkan semua postingan

Jumat, 15 Januari 2010

source rock

1. Tempat terbentuknya HK
2. Organic (tumbuhan yang teralterasi oleh P & T dan bakteria)
3. Sulit untuk diidentifikasi dikarenakan biasanya mengandung HK yang tidak menampakkan tanda-tanda yang nyata
4. Bagaimanapun source rock biasanya dekat dengan reservoir HK
5. Snider mengindikasikan bahwa source rock utama adalah Shale diikuti oleh Limestone.
http://images.google.com/search?q=komponen+reservoir+migas&hl=en&sa=N&um=1&ei=PB1WS73hMdCLkAXq-_yNBA&oi=images_breadcrumbs_list&ct=images-breadcrumbs-list&cd=1

komponen reservoir migas


Reservoir merupakan sebuah tempat terakumulasinya fluida hidrokarbon (minyak dan atau gas) dan air di bawah permukaan tanah. Proses akumulasi minyak bumi di bawah permukaan haruslah memenuhi beberapa syarat, yang merupakan komponen suatu reservoir minyak dan gas bumi. Empat komponen yang menyusun reservoir adalah sebagai berikut :a. Batuan reservoir, sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak bumi, gas bumi atau keduanya. Biasanya batuan reservoir berupa lapisan batuan yang porous dan permeable. b. Lapisan penutup (cap rock), yaitu suatu lapisan batuan yang bersifat impermeable, yang terdapat pada bagian atas suatu reservoir, sehingga berfungsi sebagai penyekat fluida reservoir. c. Perangkap reservoir (reservoir trap), merupakan suatu unsur pembentuk reservoir yang mempunyai bentuk sedemikian rupa sehingga lapisan beserta penutupnya merupakan bentuk konkav ke bawah dan menyebabkan minyak dan/ atau gas bumi berada di bagian teratas reservoir. d. Kondisi reservoir (tekanan dan temperatur), tekanan dan temperatur sangat berpengaruh terhadap sifat – sifat fisik minyak dan gas serta kemampuan minyak dan gas tersebut untuk dapat diproduksikan ke permukaan.


Kamis, 14 Januari 2010

Energi panas bumi


1. Latar BelakangDengan semakin naiknya harga bahan bakar minyak dan sumber energi yang lain, maka orang mulai berusaha untuk mencari sumber energi pengganti, dan hal ini jatuh pada energi panas bumi yang saat ini mulai dikembangkan diberbagai Negara di dunia.Pada tahun 1918 di Larderello Italia dihasilkan uap alam yang bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan tenaga listrik. Hal ini memberikan rangsangan buat negara lainnya untuk mencoba memanfatkan sumber tenaga baru ini. Hal ini juga terjadi di Indonesia yang berhasil melakukan pemboran di Kamojang pada tahun 1926 dan berhasil menyemburkan uap panas dari salah satu sumurnya (KMJ-3) sampai sekarang.Negara-negara yang saat ini telah berhasil memanfaatkan panasbumi adalah : Amerika Serikat, Italia, Selandia Baru, Jepang, Philipina, Iceland dan Indonesia.Sumber panas bumi umumnya terdapat disekitar jalur gunung api karena magma merupakan sumber panasnya.2. Tingkat PolusiDibanding dengan sumber energi bahan bakar maka sumber tenaga panas bumi relatif tidak terlalu menyebabkan pencemaran lingkungan lingkungan (non pollution).Lapangan geothermal umumnya berhubungan erat dengan aktifitas gunung berapi. Dari kemanfaatan panas bumi dipermukaan seperti : fumarola, solfatara, lumpur panas dan mata air dikeluarkan “non coudensable gasses” seperti CO2, NH3, N2, H2, SO2 dan CH4. Gas-gas tersebut diatas apabila terdapat didalam jumlah/konsentrasi yang tinggi bisa membahayakan bagi manusia atau kehidupan disekelilingnya.Bagi siapa yang pernah mengunjungi lapangan geothermal akan mencium bau seperti telor busuk, bau tersebut berasal dari gas H2S. Gas tersebut beracun. Dalam konsentrasi rendah menyakitkan mata (pedih) dan dalam konsentrasi tinggi bisa menyebabkan kematian (konsentrasi rendah bau, konsentrasi tinggi tidak).3. ProblemaYang menjadikan masalah didalam pemanfaatan tenaga panasbumi antara lain :Re-injeksi fluida kedalam tanah.KebisinganEmisi gasPenurunan Tekanan (subsudence)Kehidupan sosialEfek terhadap iklimEfek terhadap sumur yang lainKeselamatan dari “Blow out”SeismeEfek korosi dari gas4. Teknik EksplorasiDidalam melakukan eksplorasi panasbumi pekerjaan dibagi atas beberapa tahap antara lain :InventarisasiSurvey pendahuluanPemetaan geologiPenelitian geofisikaPemboran dangkalPemboran dalam (eksplorasi)5. Sumber Energi Panas BumiSumber panas bumi berasal dari kegiatan gunung berapi dan intrusi (terobosan) magma. Dapur magma merupakan sumber energi panasbumi. Disamping proses pengangkatan dan perombakan kemudian mengakibatkan jalur-jalur gunung api aktif maupun yang telah padam membentuk pegunungan menjadi daerah penagkap air hujan/air kedalam tanah relatif lebih besar dari daerah sekitarnya.Susunan batuan jalur gunug api adalah hasil erupsi gunung api dan merupakan perselang-selingan antara batuan piroklastik dan aliran lava yang membentuk susunan batuan tudung kedap air (impermeable) dan batuan porous-permeable. Bagian jalur gunung api dengan sumber panas relatif dangkal, terbentuklah daerah panas bumi yang dicirikan oleh kenampakan air panas, fumarola, dan lain-lain.Pembentukan sumber panas bumi, dikontrol oleh proses-proses geologi yang telah dan sedang berlangsung sepanjang jalur vulkanisme, terobosan-terobosan magma serta pensesaran-pensesaran.Di indonesia merupakan daerah vulkanik yang terbentuk pada zaman kwarter/ ± 4 – 5 juta tahun lalu.Cara terjadinya uap panas bumi dapat dikategorikan seperti berikut :Sumber panas yang berasal dari pluton granit tidak dapat diperkirakan persis letaknya, tetapi hasil analisa mendapatkan bahwa letaknya tidak terlalu dalam. Juga sumber panas tidak menampakkan gejala-gejala di atas permukaan bumi.Suhu panas terbentuk batuan magmatik, kemudian keluar menembus permukaan bumi. Batuan magmatik dipermukaan akan membentuk gunung api tidak aktif atau berbentuk suatu gunung api aktif di masa lampau.Pembentukan uap panas erat hubungannya dengan kegiatan gunung api atau kegunung apian.6. Sumber energi panas bumi terdiri dari :Panas bumi sistim uap kering (dry steam)Panas bumi sistim uap basah (wet steam)Panas bumi sistim air panas (hot water)Panas bumi sistim batuan kering panas (hot dry rock)Energi panas bumi yang dapat dipergunakan harus mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :Mempunyai suhu yang tinggi (minimum 150oC di bawah tanah)Tekanan uap cukup besar (minimum 3 atm)Volume uap cukup banyak (10 ton per jam = 1000 KW listrik)Tidak terlalu dalam (maksimum 3000 m)Uapnya tidak menyebabkan karat (pH lebih kecil dari 7)

Jakarta, IEW – PT Pertamina EP (Eksplorasi dan Produksi) kembali menemukan gas 12 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) melalui sumur pemboran Matindok 2 (MTD-2) di Lapangan Matindok, Sulawesi Tengah. Penemuan tersebut menambah potensi gas yang bisa diproduksikan dari Lapangan Matindok. “Sebelumnya, dari sumur MTD-1 ditemukan hasil sebanyak Sembilan MMSCFD,” kata M. Harun, Manager Humas Pertamina EP, di Jakarta, Jumat (03/04/2009).Menurut dia, Pertamina EP akan menambah dua sumur tambahan yakni MTD-3 dan 4 pada tahun 2010-2011. Rencana pengembangan (plan of development/POD) Matindok telah disetujui Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) pada 24 Desember 2008. “Hasil gas Matindok akan dikirim ke Kilang Donggi Senoro LNG yang dioperasikan PT DS LNG pada tahun 2012-2013,” kata Harun.Dari total komitmen, lanjut Harun, pasokan Matindok sebesar 85 MMSCFD, dipenuhi dari Donggi sebesar 50 MMSCFD, Matindok 20 MMSCFD, dan Maleo Raja 15 MMSCFD.Produksi gas Pertamina EP mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam tiga tahun terakhir. Pada tahun 2006, produksi gas mencapai 955 MMSCFD, tahun 2007 naik menjadi 980 MMSCFD, dan tahun 2008 meningkat lagi menjadi 1.003 MMSCFD. “Tahun 2009 Pertamina EP menargetkan produksi gas mencapai 1.123 MMSCFD,” kata Harun.Produksi minyak Pertamina EP juga mengalami peningkatan sejak 2003 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata (Capital Average Gross Ratio/CAGR) mencapai 3,1 persen dari level produksi 95,6 ribu barel per hari (MBOPD) di 2003 menjadi 102,2 MBOPD tahun 2006.Tahun 2007, produksi minyak naik 6,7 persen menjadi 110,3 MBOPD dan kembali naik tahun 2008 menjadi 116,6 MBOPD. Menurut Harun, pada 2009, Pertamina EP menargetkan tingkat pertumbuhanproduksi minyak sebesar 6,2 persen dengan target produksi 125,5 MBOPD.http://www./pertamina-ep-temukan-gas-di-sumur.html

faktor yang mempengaruhi perencanaan pengangkatan serbuk BOR


Faktor-faktor ini sangat penting dalam operasi pemboran khususnya dalam pengangkatan serbuk bor. Menurut Ziedler, 1988, karena kompleksnya mekanisme pengangkatan serbuk bor, terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pengangkatan serbuk bor oleh lumpur pemboran. Faktor-faktor tersebut terbagi dalam empat kategori, yaitu: Kecepatan lumpur di annulus Sifat fisik lumpur Sifat fisik serbuk bor Faktor mekanis1. Kecepatan Lumpur di Annulus.Lumpur pemboran yang digunakan untuk mengangkat serbuk bor, disirkulasikan dengan kekuatan pompa, dengan mengatur pompa kita dapat mengubah-ubah laju alir lumpurnya. Lumpur yang mengalir di annulus mempunyai kecepatan. Kecepatan lumpur dan ukuran annulus juga berpengaruh pada viscositas effektif, semakin tinggi kecepatan lumpur dan semakin sempit ukuran annulusnya, maka semakin kecil viscositas effektifnya, sehingga akan semakin memperbesar kecepatan slipnya.1.1. Pola Aliran di AnnulusMenurut Millpark, 1991, pola aliran fluida ada dua yaitu laminer dan turbulen. Pada aliran laminer aliran fluida bergerak pada laju yang lambat, teratur dan geraknya sejajar dengan dinding pipa.Pada aliran turbulen, fluida bergerak dengan kecepatan yang lebih besar dari aliran laminer dan partikel-partikel fluida bergerak pada garis-garis yang tidak teratur sehingga terdapat aliran berputar atau yang disebut juga dengan pusaran Eddie, dan arah gerakan yang terjadi sangat tidak teratur.1.2. Bilangan Reynold (Reynold Number = Re)Untuk menentukan pola aliran tersebut laminer atau turbulen, digunakan bilangan Reynold (re). Dari percobaan pada fluida Newtonian, diketahui bahwa untuk Re >3000 adalah turbulen, dan Re = 928  V D / µ

IPR dua fasa n tiga fasa


Pada bab ini akan membahas mengenai resevoar yang memiliki fracture. Resevoar seperti itu pada umumnya ditemukan di formasi batuan limestone yang diendapkan di daerah lautan. Hal ini sangat sesuai dengan tipikal resevoar di Indonesia.Perlu dipahami bahwa dalam satu batuan bisa terdapat satu atau dua bagian, yakni:• Bagian yang mengalami perekahan.Pada bagian ini, ia memiliki permeabilitas yang tinggi namun tidak dapat menyimpan minyak.• Bagian yang tidak mengalami perekahan disebut matrix.Pada bagian ini, permeabilitas yang didapatkan tidak terlalu tinggi namun ia dapat menyimpan minyak.Sehingga dalam satu batuan dapat terjadi tiga jenis aliran fluida, yakni:• Aliran fluida dari matrix ke matrix• Aliran fluida dari rekahan ke matrix• Aliran fluida dari matrix ke rekahanDan persamaan IPR nantinya hanya akan mempresentasikan aliran fluida yang melalui matrix.

Perpolitikan minyak irak


Perang saudara sedang mendidih, dan masa depan negeri ini tergantung pada bagaimana kelompok-kelompok sektarian membagi apa yang ada di bawah mereka. [Inilah salah satu sebab mengapa terjadi perpecahan di antara Sunni, Shiah, Kurdi, serta etnis Muslim lain di Irak yang tidak diinginkan umat Islam dan belum pernah terjadi sebelumnya. Mereka telah benar-benar ‘di-liberte dan di-egalite’ oleh AS dan Sekutunya untuk saling berebut materi duniawi yang tidak bisa mereka dapatkan ketika berada di bawah hegemon tunggal, Saddam. Artikel di bawah ini juga dapat menjadi penjelas atas peristiwa di awal bulan Oktober 2007 terkait motivasi pihak Kongres AS untuk memfederasi Irak dan motivasi Bush Jr. untuk menyatukan Irak: It’s all about Oil and Money Political Strategy]Dalam perjalanannya yang mengejutkan ke Baghdad pada bulan Oktober, Menteri Luar Negeri AS Condoleezza Rice memutuskan untuk berbicara pada para wartawan mengenai minyak. “Kami yakin bahwa minyak harus menguntungkan seluruh rakyat Irak,” ia mengatakan hal ini pada pertemuan dengan media dalam perjalanannya ke ibu kota Irak. Dalam pertemuan-pertemuannya yang bagaikan angin puyuh selama dua hari ke depan, ia menekankan topik minyak berkali-kali, lagi dan lagi, kepada para pemimpin di semua sisi –Sunni, Shiah, dan yang paling penting, Presiden Kurdi Massoud Barzani, yang kepadanya ia menekankan perasaannya bahwa “minyak harus menjadi faktor pemersatu, bukan satu hal yang malah membantu negeri ini menjadi terpecah.” Dengan kata lain: tolong berhentilah bertarung dan mari berbagi (minyak).Pertarungan sektarian di Irak, pada tingkat yang luar biasa, adalah mengenai isu mendasar pembagian minyak. Masa depan politik negeri itu dan masa depan energinya telah bertemu. Pihak yang menang dalam perkembangan perang saudara ini akan mendapatkan kendali, secara teoretis, atas sekitar $35 milyar per tahun dari minyak saja, yang menjadi 90 persen anggaran belanja Irak. Pihak yang kalah –well, mereka takut bahwa mereka tidak akan mendapatkan apapun sama sekali. Dan kekerasan yang melanda Irak setiap hari berikatan dekat sekali dengan manuver atas kendali minyak di masa depan, sebagaimana korupsi di lapangan perminyakan sangat meraja-lela. Uang minyak yang dikucurkan dari atas dikatakan oleh para pejabat AS sebagai pendanaan kelompok pemberontak.Semua rencana yang diajukan untuk menyelesaikan konflik, semuanya bergantung pada minyak. Seruan untuk Irak yang berbentuk federasi, dipecah menjadi tiga negara, terhambat oleh ketakutan negara manakah yang akan mendapatkan minyak lebih banyak. Jawabannya sudah sering kita tahu –Shiah di wilayah selatan memiliki lebih dari 80 persen cadangan terjamin minyak Irak. Kurdistan, di Utara, memiliki akses pada ladang-ladang di Kirkuk, yang telah menjadi pemompa minyak semenjak tahun 1920an. Dan Sunni, minoritas yang pernah mendominasi dan mendapat untung dari emas hitam Irak, terjebak di tengah dengan gurun dan jutaan pasir, yang oleh para ahli harapkan di bawahnya ada minyak, tetapi tidak ada ladang di manapun di wilayah tersebut yang bahkan mau dikembangkan.Minyak harusnya menjadi penyelamat Irak, dengan janji para pejabat pemerintahan Bush bahwa peruntungan dari pendapatan minyak akan digunakan untuk rekonstruksi. Kementrian Minyak-lah yang merupakan satu-satunya gedung pemerintahan yang dijaga mati-matian oleh pasukan AS setelah jatuhnya kota Baghdad.Tetapi minyak pada akhirnya juga menjadi faktor lain dalam kemunduran Irak yang terjadi dengan cepat. Serangan terus menerus kelompok pemberontak terhadap pipa-pipa minyak dan fasilitas perminyakan –tiga tahun pertama terjadi setidaknya rata-rata satu serangan setiap minggunya– berarti bahwa produksi minyak hanya mencapai tingkat sebagaimana sebelum perang. Irak masih harus mengimpor mayoritas dari minyaknya. Hampir empat tahun perang ini berjalan, dan Irak juga telah memiliki empat orang Menteri Minyak. Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh ekonom Colin Rowat di University of Birmingham mengungkap bahwa jika anda mengeluarkan faktor bantuan luar negeri, GNP Irak sebenarnya hanya $27 milyar, jauh lebih sedikit dari yang seharusnya, manakala tak terjadi perang. Dan semua faktor tersebut akan mengemuka pada awal tahun 2007, ketika Parlemen Irak diharapkan telah berhasil melegislasi “undang-undang hidrokarbon” Irak yang baru, legislasi yang akan menentukan siapa yang mendapatkan uang minyak sekarang dan siapa yang akan mendapat untung dari penemuan-penemuan ladang minyak pada masa depan.UU Hidrokarbon, meski krusial, dikepung oleh berbagai manuver mengerikan kelompok sektarian. Setiap pihak telah menulis rancangan undang-undang mereka sendiri –setidaknya ada tiga draft RUU yang saat ini mengemuka– dan draft dari kelompok Kurdi adalah yang paling profesional, kata seorang diplomat Barat yang menjadi penasihat Kementrian Minyak Irak. Barham Salih, seorang Kurdi dan Wakil Presiden Irak yang terlibat di dalam RUU, mengatakan tujuannya adalah untuk menjadikan negara Arab “petro-demokrasi” yang pertama di dunia; Kelompok Kurdi telah memutus perjanjian mandiri antara pemerintahan pusat dengan sebuah perusahaan Norwegia untuk mulai melakukan tes produksi minyak pada perempat awal tahun 2007. Pemain kunci lain yang terlibat dalam penulisan undang-undang –Menteri Keuangan Bayan Jabr– dipandang sebagai salah satu pelanggar sektarian terburuk yang ada. Ia kemudian ditendang ke Kementrian Dalam Negeri Irak pada bulan Juni 2006 karena aktivitas pasukan kematian Shiah semakin menggelembung saat berada di bawah pantauannya.Pertempuran yang sedang terjadi juga telah menghasilkan sebuah kontroversi besar mengenai apa-apa saja yang BELUM dibelanjakan untuk melakukan investasi besar-besaran ini. Menurut dipolat Barat, pada tahun 2005 hingga 2006 sejumlah $3 milyar tidak dibelanjakan oleh anggaran Kementrian Minyak, dan $4 hingga $5 milyar tidak dibelanjakan pada tahun 2003 hingga 2004. Jabr juga dituduh telah mengkorupsi dana bagi Irak Selatan. “Kami harus mengambil kekuasaannya. Kita harus mencampuri tangan mereka dari kekuasaan,” kata diplomat Barat.Tentu saja, percekcokan atas hukum perminyakan Irak telah membuat perusahaan-perusahaan minyak internasional terbesar keluar dari negara tersebut. Pejabat AS dan Irak mengatakan bahwa pihak perusahaan adalah kekuatan yang dibutuhkan untuk memperbaikan perminyakan Irak, tetapi tanpa kerangka kerja hukum –yang mereka harapkan dapat disediakan oleh Undang-Undang Hidrokarbon– perusahaan-perusahaan belum berani untuk melakukan investasi yang signifikan. Menurut seorang pejabat AS, yang tidak mau disebut namanya, terdapat setidaknya 43 memorandum of understanding (MoU) yang telah ditandatangani oleh pemerintah Irak dan perusahaan-perusahaan minyak internasional. MoU-MoU tersebut adalah jalan bagi perusahaan untuk menguji suhu Irak dengan sebuah kontrak yang mengatakan, “mari kita bekerja sama pada masa depan,” yang mengijinkan mereka untuk membuat studi-studi teknis mengenai potensi produksi di negara yang memegang cadangan minyak dunia terbesar ketiga, yang kebanyakan darinya belum dikeluarkan.Perusahaan-perusahaan tersebut, kata diplomat Barat, termasuk semua “big boys,” seperti ExxonMobil, Chevron, dan Total. Ia mngatakan perusahaan-perusahaan minyak telah bekerja bersama pemerintah Irak untuk melakukan analisis independen dan R&D (riset dan pengembangan). British Petroleum (BP) akhir-akhir ini menyerahkan studi kolam depositnya yang dikerjakan selama bertahun-tahun di ladang Rumailah pada perusahaan minyak Irak Southern Oil Corporation. Studi tersebut adalah hasil kerja pertama BP di Irak selama lebih dari 20 tahun. Ladang Rumailah, dipandang sebagai salah satu ladang minyak super dunia, ia masih dapat menghasilkan lebih dari satu juta barrel per hari. Shell saat ini sedang melakukan studi evaluasi di Kirkuk –satu kota yang masih terus menerus terjadi peledakan bom mobil sebagai medan peperangan antara Kelompok etnis Kurdi, Turki, dan Sunni, yang kesemuanya mengklaim kepemilikan kota. “Perusahaan minyak besar sangatlah tertarik,” kata Catherine Hunter, analis energi senior di Global Insight, London. “Tetapi mereka hanya memasukkan jempol mereka saja ke dalam air.”Pada sebuah perjalanan terakhir ke Jepang untuk memberikan penjelasan dan mendapatkan dukungand ari investor asing, Menteri Minyak Hussein Shahristani mengatakan pada para reporter bahwa perusahaan-perusahaan internasional adalah satu-satunya cara bagi Irak untuk mendapatkan target resmi mereka: Irak bertujuan untuk menarik investasi sebesar $20 milyar dan menaikkan output hingga enam juta barrel per hari pada tahun 2012. Ia mengatakan Irak saat ini memproduksi hanya sedikit di bawah 2,5 juta barrel per hari, tetapi ia lalu menambahkan, “Kami memutuskan untuk menaikkannya pada empat hingga 4,5 juta barrel per hari pada akhir tahun 2010. Tetapi kami juga memutuskan untuk mendapatkan yang lebih dari itu dengan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan internasional.”Ia menyalahkan penurunan produksi adalah hasil dari sabotase, tetapi ia juga menyatakan bahwa kementriannya sedang belajar untuk mengatasi hal itu. “Kami telah berusaha untuk memperbaiki hal tersebut (sabotase) dengan tingkat rata-rata 48 jam,” katanya.Untuk saat ini, Irak terus untuk menaikkan potensi dan posisinya di dalam pasar minyak global. Dengan produksi 2,5 juta barrel per hari, ia hanya berkontribusi sekitar dua persen terhadap produksi global. Minyak Irak mempengaruhi harga minyak global, setidaknya pada perhitungan hari-ke-hari, kata Vera de Ladoucette, senior vice president dari Cambridge Energy Research Associates di Paris. Dan selama lebih dari tiga tahun ini, para pejabat minyak Irak telah terus menerus menaksir terlalu tinggi tentang betapa cepat mereka dapat mengembalikan tingkat produksi mereka. Ya, tidak ada keraguan mengenai potensi masa depan Irak. Para analis mengatakan bahwa negara tersebut dapat berkontribusi hingga delapan persen produksi minyak global pada tahun 2020 JIKA semua berjalan dengan baik –yang berarti semuanya berjalan lebih baik daripada yang terjadi pada tahun 2006. Akan tetapi mungkin itu adalah pengharapan yang terlalu berlebihan. [mungkin karena kondisi dunia tidak akan menjadi lebih baik, dan Khilafah datang sebagai pahlawan yang ditunggu-tunggu, baik oleh rakyat Irak maupun umat Islam sedunia –lihat NIC global predicament 2020]

chemical flooding


Chemical Flooding adalah suatu metode EOR dengan menginjeksikan cairan yang akan bereaksi secara kimiawi (chemical liquid) di dalam reservoir. Jenis-jenis Chemical yang diinjeksikan adalah:a. SurfactantSurfactant yang dipakai umumnya Commercial Petroleum Sulfonate, Sodium Dodecyl Sulfate. Tujuan digunakannya surfactant adalah menurunkan tegangan permukaan (interfacial tension) minyak-air di dalam reservoir. Dengan menurunnya tegangan permukaan, maka akan menurunkan tekanan kapiler yang berpengaruh terhadap wettabilitas batuan. Sehingga akan meningkatkan effisiensi pendesakan (Displacement efficiency).Proses surfactant flooding: Preflush.System pengkondisian reservoir. Biasanya diinjeksikan dalam volume sedikit dengan chemical surfactant. Surfactant slugIni merupakan tahap injeksi selanjutnya dengan memasukkan chemical surfactant dengan besaran 25-100% pore volume reservoir. Tujuannya untuk mendapatkan mobility ratio yang baik (M<1)>http://chemical-flooding.html

Mungkinkah indonesia meninggalkan pola production sharing


Dalam beberapa bulan terakhir ini saya kebetulan mendapat kesempatan untuk mengunjungi beberapa negara karena sedang mengerjakan beberapa proyek disana dan juga mengejar proyek-proyek baru di luar negeri. Saya sempat ke Brunei, karena kami sedang mengerjakan proyek Methanol milik pemerintah Brunei disana. Dari Brunei saya menyeberang ke Serawak untuk melihat pengerjaan team kami di proyek Crude oil terminal milik Petronas di Miri . Kami juga sedang mengejar Proyek Gas terminal di Sabah (salah satu negara bagian Malaysia di Serawak). Foto terlampir adalah ilustrasi team proyek kami yang berada di Miri, Serawak. Selain ke negara-negara tersebut, saya juga sempat bolak-balik ke Iran dan juga ke China untuk mengerjakan proyek dan juga mengejar peluang dengan berbagai mitra di negara-negara tersebut.Dari perjalanan-perjalanan tersebut, ada suatu fakta yang agak “mengganggu” pemikiran saya. Berikut ini fakta tersebut :* Brunei yang menerapkan pola “production sharing” (KPS) dengan perusahaan Shell Inggris, terlihat rakyatnya tidak terlalu modern (kurang maju)* Malaysia tidak memberikan kesempatan kepada satupun pihak asing untuk menguasai konsesi kekayaan alam mereka (terutama di Serawak). Mereka tidak menerapkan pola “production sharing” di Serawak. Petronas menguasai seluruh konsesi minyak dan gas di Serawak. Tidak ada satupun negara asing yang boleh memiliki konsesi minyak ataupun gas di Serawak (juga lahan kelapa sawit).* Iran mengembangkan industri energy (petrokimia), dan industri upstreamnya secara mandiri. Mereka mengembangkan industri kilang gas alam, kilang minyak, kimia dan petrokimia sepanjang ratusan kilometer dengan pemilik konsesi sumber daya alamnya adalah perusahaan BUMN Iran (tidak ada pihak asing).* Seluruh konsesi batu bara di China dimiliki oleh perusahaan-perusahaan propinsi (BUMD) dan juga BUMN di China. Tidak ada satupun pihak asing yang menguasai konsesi batubara tersebut. China juga tidak memperkenankan satupun perusahaan asing untuk melakukan “production sharing”.Salah satu kesedihan saya akhir-akhir ini adalah membaca Peraturan Pemerintah no:57 tahun 2007 tentang Panas bumi. Aturan dan tata caranya sama persis dengan tata cara kepemilikan konsesi batu bara. Jadi mungkin tidak terlalu lama lagi, maka konsesi panas bumi akan dimiliki oleh pihak asing & dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk keuntungan pihak asing. Padahal Pasal 33 ayat 3 tidak pernah berubah bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalammya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.Saya saat ini mulai memikirkan apakah pola “production sharing” (KPS) dengan pihak asing di industri minyak, gas dan tambang sebaiknya mulai ditinggalkan oleh Indonesia ?. Pola KPS ini memang diperlukan oleh Indonesia disaat kita belum menguasai teknologinya dan juga tidak memiliki dana untuk explorasi maupun exploitasinya. Namun dengan semakin majunya kemampuan teknolog Indonesia dan juga tersedianya dana di pemerintahan baik berupa APBN dan APBD, seharusnya biaya explorasi dapat dibiayai oleh Pemda ataupun Pemerintah pusat. Sehingga APBN, APBD & PAD (pendapatan asli daerah) tidak hanya disimpan di SBI atau digunakan untuk proyek-proyek yang return-nya tidak jelas.Sumber: http://triharyo.com/?pilih=news&aksi=lihat&id=60

teknik sensing


Bumi memiliki permukaan dan variabel yang sangat kompleks. Relief topografi bumi dan komposisi materialnya menggambarkan bebatuan pada mantel bumi dan material lain pada permukaan dan juga menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan. Masing-masing tipe bebatuan, patahan di muka bumi atau pengaruh-pengaruh gerakan kerak bumi serta erosi dan pergeseran-pergeseran muka bumi menunjukkan perjalanan proses hingga membangun muka bumi seperti saat ini. Proses ini dapat difahami melalui disiplin ilmu geo-morfologi.Eksplorasi sumber daya mineral merupakan salah satu aktifitas pemetaan geologi yang penting. Pemetaan geologi sendiri mencakup identifikasi pembentukan lahan (landform), tipe bebatuan, struktur bebatuan (lipatan dan patahannya) dan gambaran unit geologi. Saat ini hampir seluruh deposit mineral di permukaan dan dekat permukaan bumi telah ditemukan. Karenanya pencarian sekarang dilakukan pada lokasi deposit jauh di bawah permukaan bumi atau pada daerah-daerah yang sulit dijangkau. Metode geo-fisika dengan kemampuan penetrasi ke dalam permukaan bumi secara umum diperlukan dalam memastikan keberadaan deposit ini ?inyak bumi dan gas dalam pembicaraan kita-. Akan tetapi informasi awal tentang kawasan berpotensi untuk eksplorasi mineral lebih banyak dapat diperoleh melalui interpretasi ciri-ciri khusus permukaan bumi pada foto udara atau citra satelit.Belakangan analisa menggunakan citra satelit lebih banyak dilakukan daripada foto udara, karena citra satelit memiliki beberapa nilai lebih, seperti:1. mencakup area yang lebih luas, sehingga memungkinkan dilakukan analisa dalam skala regional, yang seringkali menguntungkan untuk memperoleh gambaran geologis area tersebut;2. memiliki kemungkinan penerapan sensor pendeteksi multi-spektral dan bahkan hiper-spektral yang nilainya dituangkan secara kuantitatif (disebut derajat keabuan atau Digital Number dalam remote sensing), sehingga memungkinan aplikasi otomatis pada komputer untuk memahami dan mengurai karakteristik material yang diamati;3. memungkinkan pemanfaatkan berbagai jenis data, seperti data sensor optik dan sensor radar, serta juga kombinasi data lain seperti data elevasi permukaan bumi, data geologi, jenis tanah dan lain-lain, sehingga dapat ditentukan solusi baru dalam menentukan antar-hubungan berbagai sifat dan fenomena pada permukaan bumi.Tulisan singkat ini akan mengupas bagaimana minyak dan gas bumi tersimpan di perut bumi, bagaimana hubungan lokasi tersimpannya mineral ini dengan struktur bebatuan di dalamnya. Proses rangkaian eksplorasi dijelaskan secara umum. Kemudian untuk menjelaskan potensi teknik remote sensing dalam menemukan lokasi tersebut, akan dijelaskan tentang fungsi pemetaan geologi dan hubungannya dengan pendugaan struktur bebatuan di bawah permukaan bumi, tempat yang memungkinkan ditemukannya minyak dan gas bumi.Proses PembentukanMinyak dan gas dihasilkan dari pembusukan organisma, kebanyakannya tumbuhan laut (terutama ganggang dan tumbuhan sejenis) dan juga binatang kecil seperti ikan, yang terkubur dalam lumpur yang berubah menjadi bebatuan. Proses pemanasan dan tekanan di lapisan-lapisan bumi membantu proses terjadinya minyak dan gas bumi. Cairan dan gas yang membusuk berpindah dari lokasi awal dan terperangkap pada struktur tertentu. Lokasi awalnya sendiri telah mengeras, setelah lumpur itu berubah menjadi bebatuan.Minyak dan gas berpindah dari lokasi yang lebih dalam menuju bebatuan yang cocok. Tempat ini biasanya berupa bebatuan-pasir yang berporos (berlubang-lubang kecil) atau juga batu kapur dan patahan yang terbentuk dari aktifitas gunung berapi bisa berpeluang menyimpan minyak. Yang paling penting adalah bebatuan tempat tersimpannya minyak ini, paling tidak bagian atasnya, tertutup lapisan bebatuan kedap. Minyak dan gas ini biasanya berada dalam tekanan dan akan keluar ke permukaan bumi, apakah dikarenakan pergerakan alami sebagian lapisan permukaan bumi atau dengan penetrasi pengeboran. Bila tekanan cukup tinggi, maka minyak dan gas akan keluar ke permukaan dengan sendirinya, tetapi jika tekanan tak cukup maka diperlukan pompa untuk mengeluarkannya.Proses Eksplorasi: Pemetaan Lineaments, Lithologic dan Geo-botanicEksplorasi sumber minyak dimulai dengan pencarian karakteristik pada permukaan bumi yang menggambarkan lokasi deposit. Pemetaan kondisi permukaan bumi diawali dengan pemetaan umum (reconnaissance), dan apabila ada indikasi tersimpannya mineral, dimulailah pemetaan detil. Kedua pemetaan ini membutuhkan kerja validasi lapangan, akan tetapi kerja pemetaan ini sering lebih mudah jika dibantu foto udara atau citra satelit. Setelah proses pemetaan, kerja eksplorasi lebih intensif pada metoda-metoda geo-fisika, terutama seismik, yang dapat memetakan konstruksi bawah permukaan bumi secara 3-dimensi untuk menemukan lokasi deposit secara tepat. Kemudian dilakukan uji pengeboran.Sumbangan teknik remote sensing terutama diberikan pada proses pemetaan, yaitu pemetaan lineaments, jenis bebatuan di permukaan bumi dan jenis tetumbuhan.Eksplorasi minyak dan gas bumi selalu bergantung pada peta permukaan bumi dan peta jenis-jenis bebatuan serta struktur-struktur yang memberi petunjuk akan kondisi di bawah permukaan bumi dengan yang cocok untuk terjadinya akumulasi minyak dan gas. Remote sensing berpotensi dalam penentuan lokasi deposit mineral ini melalui pemetaan lineaments. Lineaments adalah penampakan garis dalam skala regional sebagai akibat sifat geo-morfologis seperti alur air, lereng, garis pegunungan, dan sifat menonjol lain yang menampak dalam bentuk zona-zona patahan. Dengan menggunakan citra satelit gambaran keruangan alur air misalnya dapat dilihat dalam skala luas, sehingga kemungkinan mencari relasi keruangan untuk lokasi deposit mineral lebih besar.Pemetaan lineament walaupun dapat dilakukan secara monoskopik (menggunakan satu citra), tetapi akan lebih produktif jika digabungkan dengan pemetaan lithologic atau pemetaan unit-unit bebatuan yang dilakukan secara stereoskopik (yang dapat mendeteksi ketinggian, karena dilakukan pada dua buah citra stereo). Kalangan ahli geologi meyakini bahwa refleksi gelombang elektromagnetik pada kisaran 1,6 sampai 2,2 mikrometer (=10-6 meter) atau pada spektrum pertengahan infra-merah (1,3 ·3,0 mikrometer) sangat cocok untuk eksplorasi mineral dan pemetaan lithologic. Keberhasilan pemetaan ini bergantung pada bentuk topografi dan karakteristik spektral sebagaimana diamati citra satelit. Untuk kawasan yang dipenuhi tumbuhan, mesti dilakukan pendekatan geo-botanic, yaitu pengetahuan tentang hubungan antara jenis tetumbuhan dengan kebutuhan nutrisi serta air pada tanah tempat tumbuhan ini tumbuh. Dengan demikian distribusi tetumbuhan pun dapat menjadi indikator dalam mendeteksi komposisi tanah dan material bebatuan di bawahnya.Interpretasi citra dalam menemukan garis-garis patahan geologis memang membutuhkan keahlian tersendiri. Jika hanya mengandalkan lineaments, maka beberapa riset menunjukkan cukup banyak perbedaan interpretasi. Karenannya data garis ini dikorelasikan dengan karakteristik lain yang tertangkap sensor remote sensing, yaitu jenis bebatuan, yang merupakan cerminan mineralisasi permukaan bumi. Studi tentang jenis bebatuan dan respon spektral sangat membantu pencarian permukaan di mana deposit mineral tersimpan.PenutupDemikian sepintas potensi remote sensing dalam menemukan lokasi deposit minyak bumi dan gas. Potensi ini memuat proses pemetaan lineaments, pemetaan lithologic dan pemetaan sebaran jenis tumbuhan dan hubungannya dengan jenis tanah dan bebatuan di dasarnya (geo-botanic).Pada kesempatan mendatang akan didiskusikan perkembangan sensor hyper-spectral yang memungkinkan identifikasi bebatuan lebih akurat lagi. Begitu juga aplikasi sensor radar memungkinkan pengenalan bebatuan sampai kedalaman tertentu. Potensi-potensi ini tetap mesti dikaji kehandalannya dengan bantuan interpretasi para ahli geologi.Adi J. Mustafa, mahasiswa doktoral pada Center for Environmental Remote Sensing (CEReS), Chiba University, Japan dan peneliti pada Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal). Email: adijm@istecs.orgSumber : http://n-zafee.blog.friendster.com/

Banjir lumpur panas sidoarjo


Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo atau Lumpur Sidoarjo (Lusi) , adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas di Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 27 Mei 2006, bersamaan dengan gempa berkekuatan 5,9 SR yang melanda Yogyakarta. Semburan lumpur panas selama beberapa bulan ini menyebabkan tergenangnya kawasan permukiman, pertanian, dan perindustrian di tiga kecamatan di sekitarnya, serta mempengaruhi aktivitas perekonomian di Jawa Timur.LokasiLokasi semburan lumpur ini berada di Porong, yakni kecamatan di bagian selatan Kabupaten Sidoarjo, sekitar 12 km sebelah selatan kota Sidoarjo. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Gempol (Kabupaten Pasuruan) di sebelah selatan.Lokasi semburan hanya berjarak 150-500 meter dari sumur Banjar Panji-1 (BJP-1), yang merupakan sumur eksplorasi gas milik Lapindo Brantas sebagai operator blok Brantas. Oleh karena itu, hingga saat ini, semburan lumpur panas tersebut diduga diakibatkan aktivitas pengeboran yang dilakukan Lapindo Brantas di sumur tersebut. Pihak Lapindo Brantas sendiri punya dua teori soal asal semburan. Pertama, semburan lumpur berhubungan dengan kegiatan pengeboran. Kedua, semburan lumpur kebetulan terjadi bersamaan dengan pengeboran akibat sesuatu yang belum diketahui. Namun bahan tulisan lebih banyak yang condong kejadian itu adalah akibat pemboran, walaupun pendapat tersebut ketika dipraktikan tidak dapat menghentikan luapan lumpur tersebut.Lokasi tersebut merupakan kawasan pemukiman dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Tak jauh dari lokasi semburan terdapat jalan tol Surabaya-Gempol, jalan raya Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan-Banyuwangi (jalur pantura timur), serta jalur kereta api lintas timur Surabaya-Malang dan Surabaya-Banyuwangi,IndonesiaPerkiraan penyebab kejadianAda yang mengatakan bahwa lumpur Lapindo meluap karena kegiatan PT Lapindo di dekat lokasi itu, karena banyak kalangan yang tidak mengetahui bahwa luapan lumpur bukan keluar dari lubang pemboran yang dilakukan PT LAPINDO.Lapindo Brantas melakukan pengeboran sumur Banjar Panji-1 pada awal Maret 2006 dengan menggunakan perusahaan kontraktor pengeboran PT Medici Citra Nusantara. Kontrak itu diperoleh Medici atas nama Alton International Indonesia, Januari 2006, setelah menang tender pengeboran dari Lapindo senilai US$ 24 juta.Pada awalnya sumur tersebut direncanakan hingga kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk mencapai formasi Kujung (batu gamping). Sumur tersebut akan dipasang selubung bor (casing ) yang ukurannya bervariasi sesuai dengan kedalaman untuk mengantisipasi potensi circulation loss (hilangnya lumpur dalam formasi) dan kick (masuknya fluida formasi tersebut ke dalam sumur) sebelum pengeboran menembus formasi Kujung.Sesuai dengan desain awalnya, Lapindo “sudah” memasang casing 30 inchi pada kedalaman 150 kaki, casing 20 inchi pada 1195 kaki, casing (liner) 16 inchi pada 2385 kaki dan casing 13-3/8 inchi pada 3580 kaki (Lapindo Press Rilis ke wartawan, 15 Juni 2006). Ketika Lapindo mengebor lapisan bumi dari kedalaman 3580 kaki sampai ke 9297 kaki, mereka “belum” memasang casing 9-5/8 inchi yang rencananya akan dipasang tepat di kedalaman batas antara formasi Kalibeng Bawah dengan Formasi Kujung (8500 kaki).Diperkirakan bahwa Lapindo, sejak awal merencanakan kegiatan pemboran ini dengan membuat prognosis pengeboran yang salah. Mereka membuat prognosis dengan mengasumsikan zona pemboran mereka di zona Rembang dengan target pemborannya adalah formasi Kujung. Padahal mereka membor di zona Kendeng yang tidak ada formasi Kujung-nya. Alhasil, mereka merencanakan memasang casing setelah menyentuh target yaitu batu gamping formasi Kujung yang sebenarnya tidak ada. Selama mengebor mereka tidak meng-casing lubang karena kegiatan pemboran masih berlangsung. Selama pemboran, lumpur overpressure (bertekanan tinggi) dari formasi Pucangan sudah berusaha menerobos (blow out) tetapi dapat diatasi dengan pompa lumpurnya Lapindo (Medici).Underground Blowout (semburan liar bawah tanah)Setelah kedalaman 9297 kaki, akhirnya mata bor menyentuh batu gamping. Lapindo mengira target formasi Kujung sudah tercapai, padahal mereka hanya menyentuh formasi Klitik. Batu gamping formasi Klitik sangat porous (bolong-bolong). Akibatnya lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur formasi Pucangan hilang (masuk ke lubang di batu gamping formasi Klitik) atau circulation loss sehingga Lapindo kehilangan/kehabisan lumpur di permukaan.Akibat dari habisnya lumpur Lapindo, maka lumpur formasi Pucangan berusaha menerobos ke luar (terjadi kick). Mata bor berusaha ditarik tetapi terjepit sehingga dipotong. Sesuai prosedur standard, operasi pemboran dihentikan, perangkap Blow Out Preventer (BOP) di rig segera ditutup & segera dipompakan lumpur pemboran berdensitas berat ke dalam sumur dengan tujuan mematikan kick. Kemungkinan yang terjadi, fluida formasi bertekanan tinggi sudah terlanjur naik ke atas sampai ke batas antara open-hole dengan selubung di permukaan (surface casing) 13 3/8 inchi. Di kedalaman tersebut, diperkirakan kondisi geologis tanah tidak stabil & kemungkinan banyak terdapat rekahan alami (natural fissures) yang bisa sampai ke permukaan. Karena tidak dapat melanjutkan perjalanannya terus ke atas melalui lubang sumur disebabkan BOP sudah ditutup, maka fluida formasi bertekanan tadi akan berusaha mencari jalan lain yang lebih mudah yaitu melewati rekahan alami tadi & berhasil. Inilah mengapa surface blowout terjadi di berbagai tempat di sekitar area sumur, bukan di sumur itu sendiri.Perlu diketahui bahwa untuk operasi sebuah kegiatan pemboran MIGAS di Indonesia setiap tindakan harus seijin BP MIGAS, semua dokumen terutama tentang pemasangan casing sudah disetujui oleh BP MIGAS.

Rabu, 13 Januari 2010

commenting


Mengapa sumur harus disemen ?Penyemenan sumur digolongkan menjadi dua bagian :Pertama, primary cementing, yaitu penyemenan pada saat sumur sedang dibuat. Sebelum penyemenan ini dilakukan, casing dipasang dulu sepanjang lubang sumur. Campuran semen (semen + air + aditif) dipompakan ke dalam annulus (ruang/celah antara dua tubular yang berbeda ukuran, bisa casing dengan lubang sumur, bisa casing dengan casing). Fungsi utamanya untuk pengisolasian berbagai macam lapisan formasi sepanjang sumur agar tidak saling berkomunikasi. Fungsi lainnya menahan beban aksial casing dengan casing berikutnya, menyokong casing dan menyokong lubang sumur (borehole).Kedua, remedial cementing, yaitu penyemenan pada saat sumurnya sudah jadi. Tujuannya bermacam-macam, bisa untuk mereparasi primary cementing yang kurang sempurna, bisa untuk menutup berbagai macam lubang di dinding sumur yang tidak dikehendaki (misalnya lubang perforasi yang akan disumbat, kebocoran di casing, dsb.), dapat juga untuk menyumbat lubang sumur seluruhnya.Semen yang digunakan adalah semen jenis Portland biasa. Dengan mencampurkannya dengan air, jadilah bubur semen (cement slurry). Ditambah dengan berbagai macam aditif, properti semen dapat divariasikan dan dikontrol sesuai yang dikehendaki.Semen, air dan bahan aditif dicampur di permukaan dengan memakai peralatan khusus. Sesudah menjadi bubur semen, lalu dipompakan ke dalam sumur melewati casing. Kemudian bubur semen ini didorong dengan cara memompakan fluida lainnya, seringnya lumpur atau air, terus sampai ke dasar sumur, keluar dari ujung casing masuk lewat annulus untuk naik kembali ke permukaan. Diharapkan seluruh atau sebagian dari annulus ini akan terisi oleh bubur semen. Setelah beberapa waktu dan semen sudah mengeras, pemboran bagian sumur yang lebih dalam dapat dilanjutkan.Untuk apa directional drilling dilakukan ? Secara konvensional sumur dibor berbentuk lurus mendekati arah vertikal. Directional drilling (pemboran berarah) adalah pemboran sumur dimana lubang sumur tidak lurus vertikal, melainkan terarah untuk mencapai target yang diinginkan.Tujuannya dapat bermacam-macam :Sidetracking : jika ada rintangan di depan lubang sumur yang akan dibor, maka lubang sumur dapat dielakkan atau dibelokan untuk menghindari rintangan tersebut.Jikalau reservoir yang diinginkan terletak tepat di bawah suatu daerah yang tidak mungkin dilakukan pemboran, misalnya kota, pemukiman penduduk, suaka alam atau suatu tempat yang lingkungannya sangat sensitif. Sumur dapat mulai digali dari tempat lain dan diarahkan menuju reservoir yang bersangkutan.Untuk menghindari salt-dome (formasi garam yang secara kontinyu terus bergerak) yang dapat merusak lubang sumur. Sering hidrokarbon ditemui dibawah atau di sekitar salt-dome. Pemboran berarah dilakukan untuk dapat mencapai reservoir tersebut dan menghindari salt-dome.Untuk menghindari fault (patahan geologis).Untuk membuat cabang beberapa sumur dari satu lubung sumur saja di permukaan.Untuk mengakses reservoir yang terletak di bawah laut tetapi rignya terletak didarat sehingga dapat lebih murah.Umumnya di offshore, beberapa sumur dapat dibor dari satu platform yang sama sehingga lebih mudah, cepat dan lebih murah.Untuk relief well ke sumur yang sedang tak terkontrol (blow-out).Untuk membuat sumur horizontal dengan tujuan menaikkan produksi hidrokarbon.Extended reach : sumur yg mempunyai bagian horizontal yang panjangnya lebih dari 5000m.Sumur multilateral : satu lubang sumur di permukaan tetapi mempunyai beberapa cabang secara lateral di bawah, untuk dapat mengakses beberapa formasi hidrokarbon yang terpisah.Pemboran berarah dapat dikerjakan dengan peralatan membor konvensional, dimana pipa bor diputar dari permukaan untuk memutar mata bor di bawah. Kelemahannya, sudut yang dapat dibentuk sangat terbatas. Pemboran berarah sekarang lebih umum dilakukan dengan memakai motor berpenggerak lumpur (mud motor) yang akan memutar mata bor dan dipasang di ujung pipa pemboran. Seluruh pipa pemboran dari permukaan tidak perlu diputar, pipa pemboran lebih dapat “dilengkungkan” sehingga lubang sumur dapat lebih fleksibel untuk diarahkan.

wilayah kerja pertamina ep region jawa


WILAYAH KERJAPERTAMINA EP Region Jawa merupakan salah satu daerah operasi dibawah Direktorat Hulu yang berada di Propinsi Jawa Barat dan berkantor pusat di Cirebon mempunyai wilayah kerja yang terdiri dari dua Area operasi yaitu :1. Area Operasi Timur wilayahnya meliputi :Kabupaten Indramayu, Majalengka.2. Area Operasi Barat wilayahnya meliputi :Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi.Disamping itu kegiatan operasi PERTAMINA EP Region Jawa juga ada di :3. Kabupaten Brebes, (lokasi Jubang-A),4. Kabupaten Kuningan (kebutuhan air untuk Ciperna),5. Kabupaten Cirebon (keberadaan kantor dan perumahan),6. Kabupaten Sidoarjo (Transmisi Gas Jawa Timur).Program Eksplorasi merupakan tonggak strategis pertumbuhanPERTAMINA EP Region Jawa dimasa depan. Target kegiatan Eksplorasi meliputi penemuan cadangan yang berpotensi jangka panjang dan efisien dengan menggunakan tolok ukur international ini terlihat dari jumlah sumur yang dibor s/d tahun 2008.Hasil Produksi minyak tahun 1974/1975 mencapai 28.001 BOPD. Dan mengalami penurunan di tahun 1995/1996 sampai dengan 7.666 BOPD, namun sejak tahun 1996/1997 terus mengalami peningkatan sampai sekarang. Bahkan pada tahun 2008 PERTAMINA EP Region Jawa melampaui target produksi minyak hingga mencapai lebih dari 40.000 BOPD. Produksi terbesar dari tiga region yang dimilki oleh PERTAMINA EP.

target produksi minyak cepu 2008


Target produksi minyak sebanyak 950 ribu barel per hari yang ditetapkan oleh pemerintah, dinilai masih kurang.Termasuk swap dari minyak Chevron ke gas Conoco Phillips sebesar 50 ribu barel per hari yang perlu ditambah sekira 10 ribu hingga 20 ribu barel per hari."Kalau target 950 ribu barel per hari sudah termasuk swap, itu terlalu ringan buat pemerintah. Sehingga nampaknya pemerintah perlu memberi pressure kepada para kontraktor kontrak kerja sama (KKKS)," ujar pengamat perminyakan Pri Agung Rakhmanto di sela rapat panggar, di Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Senin (8/9/2008).Lebih jauh ia mengungkapkan bahwa realisasi di lapangan bisa tetap 927 ribu barel per hari. Walaupun jika keputusan yang diambil adalah 950 atau 977 ribu barel per hari."Soalnya tambahan lifting minyak sebesar 20 ribu barel per hari dari ladang baru Exxon-Cepu belum bisa kita terima, karena harus dihitung dulu cost recovery-nya," jelasnya. (wdi) (ade)

pengeboran lepas pantai


Pengeboran lepas pantai bisa dilakukan dengan 3 jenis "kendaraan" atau drilling rig, tergantung pada kedalaman air di tempat tsb:1. Untuk kedalaman 7 - 15 ft (laut dangkal) biasanya dipakai rig jenis "swamp barge". Caranya yaitu dengan memobilisasi rig ke lokasi sumur, setelah itu rig "ditenggelamkan" dengan cara mengisi ballast tanksnya dengan air. Setelah rig "duduk" di dasar dan "spud can" nya nancep di dasar laut, baru proses pengeboran bisa dimulai. Untuk mencegah rig terdesak arus laut yang kadang2 kuat, biasanya posisi rig distabilkan dulu dengan cara mengikatkan rig pada tiang2 pancang di sekitarnya, sebab apabila tidak stabil dan posisi rig tergeser oleh arus, hal ini bisa bikin problem yang serius, terutama sumur2. Untuk kedalaman 15 - 250 ft, biasanya digunakan jack-up rig (biasanya berkaki 3 atau 4, dan ada yang type independent legs dengan spud can di masing2 leg atau ada juga yang non-independent leg dengan type "mat foundation" seperti fondasi telapak). Kaki rig dengan type mat foundation ini biasanya dipakai di daerah2 laut yang mempunyai soft seabed (dasar laut yang empuk sehingga dengan kaki rig type mat amblesnya tidak terlalu dalam). Rig type jack up bisa digunakan untuk ngebor sumur2 explorasi maupun development (pengembangan). Tahapan yang paling critical adalah pada saat rig move-in mendekati platform, karena rig harus mendekati platform pada jarak tertentu. Kalau kebablasan, rig bisa nabrak plarform dan bisa menyebabkan kerusakan yang significant. Jarak antara rig dan platform sudah ditentukan sesuai design agar rig floor dan derrick yang berada di cantilever deck itu bisa di geser2 (skidding) sehingga mencapai semua well slot yang ada di platform tsb. Satu platform bisa berisi 4, 6, 9, 12 atau lebih well slots tergantung besarnya platform. Untuk approaching platform tsb biasanya rig dipandu oleh 2 atau 3 towing boats, dan di-support dengan 2 atau 4 anchor yang ada di rig. Setelah rig dikunci pada final position, barulah kaki2 rig diturunkan dan diberi "beban awal" atau preload dengan cara mengisi tanki2 dengan air. Rig hull nya sendiri hanya dinaikkan sedikit di atas muka laut sampai kaki2 rig itu tidak ambles lagi pada saat 100% preload. Biasanya setelah 3 jam preload test dan rig stabil, "beban awal" itu dibuang dan rig bisa di jack-up sampai pada ketinggian tertentu untuk drilling mode position di atas platform. Di area BP West Java, leg penetration berkisar antara 25 - 50 ft untuk Arjuna dan Arimbi Field, akan tetapi di Bima Field (daerah Zulu dan sekitar kepulauan Seribu), leg penetrationnya bisa > 100ft karena seabednya yang sangat soft (empuk). Pada kasus deep leg penetration, sering repotnya nanti pada saat rig mau demo3. Untuk laut dalam (>250 ft), digunakan drillships (floater) atau semi-submersible. Drilling rig type floaters biasanya dipakai untuk ngebor sumur2 explorasi karena praktis rig jenis ini gak bisa "nempel" di platform untuk ngebor sumur2 development. Untuk rig jenis ini, biasanya dilengkapi dengan 8 anchor / jangkar, yang tersebar di sekeliling rig. Setelah rig berada di posisi sumur, semua jangkar di-deployed dan di "pretension" sampai dengan 300,000lbs untuk setiap jangkar. Bila jangkar tsb slip pada saat pretension, bisa ditambahkan "piggy back anchor" di belakang jangkar utama. Sama halnya dengan 'preloading' pada type rig jack up, 'pretension' selama mooring operations inipun sangat penting di lakukan pada rig jenis floaters agar nantinya rig benar2 stabil pada saat drilling mode. Selain itu, rig juga dilengkapi dengan "motion compensator" system untuk mengatasi masalah heave, pitch dan roll pada rig jenis floaters, sehingga posisi rig floor relative stabil terhadap lubang sumur at all times. Bahkan di rig2 modern dewasa ini, rig positioning sudah diatur secara computerized agar tetap stabil on position. Setelah semua urusan moving-in ini selesai, barulah Inul, eh...., rig siap untuk ngebor.Sumber: http://www.bluefame.com/lofiversion/index.php/t64286.html

wireline logging


Pada saat ini harga minyak sedang membumbung tinggi, dan sempat menembus angka $130 yang merupakan harga tertinggi dalam sejarah industri perminyakan. Negara-negara pengekspor minyak menikmati windfall profit yang tidak sedikit, termasuk negara-negara yang tergabung dalam OPEC (kecuali Indonesia?). Demikian halnya dengan perusahaan-perusahaan minyak, dimana kondisi harga minyak yang tinggi ini membuat Exxon Mobil mampu muncul sebagai perusahaan yang menghasilkan akumulasi profit tertinggi (2000-2004) sebesar $88.1 milyar melampaui General Electric ($74.2 milyar).Cadangan minyak dunia terus menurun, dikarenakan temuan sumber-sumber minyak baru tidak seimbang dengan kebutuhan energi yang ada. Negara adidaya seperti Amerika Serikat membutuhkan bahan bakar minyak sekitar 21 juta barrel per hari, ini lebih dari dua puluh kali lipat produksi minyak Indonesia sekarang, dan 60% kebutuhannya harus diimport dari luar Amerika. Ditambah lagi dengan China yang didorong oleh kemajuan ekonominya merubah negara ini semakin ‘rakus’ akan energi, serta India yang juga sedang mengalami kemajuan ekonomi yang pesat.Kondisi politik dibeberapa negara penghasil minyak juga merupakan faktor pendorong naiknya harga minyak. Gejolak di Irak yang tidak kunjung reda ditambah dengan pertikaian antara Turki dengan orang-rang Kurdish di bagian barat-utara Irak , kondisi politik di Venezuela, masalah nuklir di Iran dan sengketa antar suku serta kegiatan bersenjata oleh para pemuda liar (area boys) didaerah penghasil minyak di Nigeria, memberikan kontribusi terhadap tingginya harga minyak saat ini.Lalu darimana sumber energi lainnya akan didapatkan? Berbicara tentang hidrogen sebagai sumber energi yang terbarukan masih membutuhkan waktu yang panjang. Sekitar dua puluh tahun lagi menurut prediksi para ahli, hidrogen dapat menjadi sumber energi yang ekonomis setelah masalah-masalah teknis dasar mulai dari cara penyimpanannya hingga aspek keselamatan pemakaian energi hidrogen dapat teratasi. Jadi posisi minyak sebagai sumber energi utama masih belum dapat disingkirkan, yang diikuti oleh batu bara dan gas alam sebagai sumber energi.Awal Mula Evaluasi FormasiKapan sebenarnya sumur minyak mulai digali? Dari catatan yang ada disebutkan bahwa di China (sekitar tahun 347 SM) sumur minyak digali sampai ke dalaman 800 kaki dengan menggunakan bambu yang ujungnya dipasang mata bor. Marco Polo ketika dalam perjalanannya tahun 1264 mencatat bahwa orang di Baku, Azerbaijan telah menggunakan minyak dari dalam tanah sebagai penerangan ketika orang di Eropa masih menggunakan minyak dari ikan paus.Sumur minyak modern pertama digali pada tahun 1847 di lapangan minyak Bibi-Eybat (Baku, Azerbaijan) oleh insinyur Rusia bernama F.N. Semyenov. Sedangkan penggalian sumur minyak di Amerika Serikat pertama kali pada tahun 1859 di Titusville, Pennsylvania oleh Kolonel Edwin Drake (dia sebenarnya bukan seorang militer, tetapi karena tanggung jawab yang besar, gelar kolonel diberikan kepadanya).Lalu bagaimana orang bisa menentukan bahwa sumur yang digali akan mengandung minyak? Pada jaman dahulu hampir bisa dikatakan bahwa minyak diketemukan secara kebetulan. Sumur-sumur minyak di Semenanjung Absheron, Baku, pada mulanya diketemukan karena ada minyak yang merembes kepermukaan tanah. Dengan hanya menggali beberapa meter, orang Baku dapat mengambil minyak dengan menggunakan ember. Namun untuk sumur-sumur yang dalam orang tidak bisa lagi hanya mengandalkan minyak yang muncul dipermukaan. Terlebih saat ini ketika masa-masa kejayaan penemuan sumber-sumber minyak raksasa seperti Ghawar di Saudi Arabia, Kashagan di Kazakhstan, Burgan di Kuwait, Bolivar Coastal di Venezuela, Safaniya–Khafji di Saudi Arabia/Neutral Zone dll, telah semakin sulit. Eksplorasi minyak sudah harus dilakukan didaerah yang cukup sulit dijangkau dan lebih penuh resiko dalam operasinya. Dimana hal ini tentunya akan membuat biaya operasi pengeboran sumur minyak menjadi mahal. Eksplorasi di laut dalam saat ini sedang banyak dilakukan di Afrika Barat (Nigeria, Angola dan sekitarnya), dimana kedalaman air laut mencapai 2000 meter. Terakhir Rusia telah melakukan klaim terhadap daerah Kutub Utara (Artika) sebagai daerah mereka (dengan menancapkan bendera Rusia di dasar laut Kutub Utara dengan menggunakan kapal selam Mir-1 dan Mir-2).Pada tahapan eksplorasi operator minyak akan melakukan beberapa survei yang membantu untuk menemukan cekungan atau reservoar yang berpotensi menyimpan hidrokarbon (minyak atau gas). Kegiatan survei yang dilakukan biasanya meliputi : survei gravitasi, survei medan magnetik dan survei seismik. Survei gravitasi dan medan magnetik untuk melakukan pemetaan pencarian cekungan atau reservoar. Setelah daerah yang mempunyai potensi sebagai reservoar diketemukan, maka tahap berikutnya adalah survei seismik. Dari survei seismik ini akan terlihat bentuk struktur dari reservoar, apakah suatu patahan atau jebakan stratigrafik. Dan dari pengolahan data seismik akan terlihat adanya kontras yang dapat diinterpretasikan adanya potensi hidrokarbon. Namun untuk memastikan apakah didalam reservoar tersebut ada hidrokarbonnya, operator akan memanggil kontraktor untuk melakukan kegiatan evaluasi formasi setelah pengeboran dilakukan.Definisi dari evaluasi formasi adalah pengukuran terhadap kedalaman atau waktu, atau keduanya, dari satu atau beberapa besaran fisika batuan formasi (resistivitas, porositas, sonic transit time, radioaktifitas sinar gamma dsb) di dalam atau sekitar sebuah sumur. Beberapa kegiatan evaluasi formasi adalah: evaluasi formasi pada saat pengeboran (mud logging dan Logging While Drilling /LWD), analisis batu inti /core, evaluasi formasi dengan menggunakan kabel dan uji produksi kandungan lapisan.Penulis akan membahas lebih lanjut tentang evaluasi formasi dengan menggunakan kabel atau biasa disebut dengan ‘wireline logging’ atau singkatnya adalah logging. Kabel dipergunakan untuk menurunkan peralatan ke dalam, dan sebagai media untuk komunikasi antara peralatan di dalam sumur dengan peralatan dipermukaan (kini sistem komputer), serta sebagai pengukur kedalaman sumur. Teknologi ini untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Conrad dan Marcel Schlumberger, penemuan mereka ini memiliki peranan penting dalam industri perminyakan. Mereka melakukan kegiatan evaluasi formasi untuk pertama kalinya di Pechelbronn, Perancis pada tahun 1927. Teknologi ini sangat membantu dalam menemukan lapisan-lapisan formasi yang mengandung hidrokarbon (minyak dan gas) dan sangat membantu dalam melakukan penghitungan perkiraan besarnya cadangan hidrokarbon (minyak atau gas) yang ada di dalam suatu lapangan minyak. Schlumberger untuk pertama kalinya melakukan kegiatan logging di Indonesia pada tanggal 13 Agustus tahun 1930 di lapangan minyak Rantau, Sumatera Utara.Perkembangan Teknologi Evaluasi FormasiPerkembangan teknologi evaluasi formasi sejak tahun 1927 hingga sekarang telah melalui beberapa tahap. Pada mulanya data yang ada hanya diplot dengan tangan pada kertas grafik, kemudian berkembang dengan menggunakan teknologi galvanometer dimana data yang ada diplot pada gulungan film. Sehingga sangat membantu dalam penyimpanan data dan juga untuk mereproduksi data dikemudian hari. Pada tahap tersebut data yang ada belum disimpan dalam bentuk digital. Peralatan logging pun masih sangat sederhana, dan tidak dapat dikombinasikan. Sehingga peralatan tersebut harus dimasukkan dalam sumur satu persatu.Era komputer dimulai pada akhir tahun 1970-an ketika Schlumberger untuk pertama kalinya memperkenalkan perangkat komputer untuk akuisisi data dengan nama Cyber Service Unit (CSU), yang menggunakan Z80 sebagai mikroprosesor. Untuk pemrosesan sinyal masih menggunakan komponen analog. Media rekaman masih menggunakan film dan pita tape gulung. Peralatan yang diturunkan dalam sumur masih analog dan dapat dikombinasikan dalam konfigurasi yang terbatas, serta jumlah data yang dikirim ke sistem komputer di permukaan pun masih relatif sedikit. Pada era tahun 1980-an peralatan digital mulai diperkenalkan, data yang ada tidak terbatas pada data numerik tetapi juga image (citra) data. Sistem komputer yang digunakan pada saat itu teknologi komputer berbasis VAX/VMS. Dan kini sistem komputer yang dipakai telah memanfaatkan komputer PC, yang lebih mudah untuk dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, baik dari segi perangkat keras maupun perangkat lunaknya.Berbagai macam peralatan didesain untuk melakukan pengukuran dalam sumur, antara lain mencakup pengukuran elektrik (resistivitas dan konduktifitas), akustik (sonic transit time), ultrasonik, radioaktifitas sinar gamma, elektromagnektik, tekanan fluida dalam reservoar, pengambilan sampel fluida ,pengukuran dielektrikum, ‘nuclear magnetic resonance’/NMR, seismik dalam sumur, pengkuran aliran dan temperatur fluida dalam sumur produksi serta pengambilan sampel batu inti (side wall coring).Aplikasi Teknologi Evaluasi FormasiSetelah sumur selesai dibor sampai kedalaman yang dinginkan dan mencapai kedalaman maksimum , kegiatan berikutnya adalah pengukuran evaluasi formasi oleh operator logging. Kegiatan logging yang terpenting adalah pengukuran sifat-sifat batuan yang berhubungan dengan porositas, permeabilitas dan saturasi air (water saturation). Saturasi minyak kemudian dapat dihitung dengan menghitung 100% dikurangi oleh saturasi air (dalam persen). Porositas adalah volume pori-pori dalam batuan dibagi dengan volume total batuan. Sebagai contoh batu gosok memiliki porositas yang lebih besar dibanding dengan batu kali yang pejal. Semakin besar porositas suatu batuan, maka semakin besar pula kemampuan untuk menyimpan fluida (air atau hidrokarbon). Faktor penting lainnya adalah pori-pori ini harus saling berhubungan sehingga mampu mengalirkan hidrokarbon ke permukaan tanah. Permeabilitas adalah sifat dari batuan yang berhubungan dengan seberapa mudah batuan itu dialiri oleh fluida (sedangkan mobilitas adalah sifat fluida, seberapa mudah fluida itu mengalir). Parameter penting lainnya adalah saturasi air dalam suatu reservoar. Pada umumnya reservoar didalam tanah akan diisi oleh air, kecuali didalam reservoar hidrokarbon. Dikatakan saturasi air seratus persen apabila reservoar tersebut diisi oleh air sepenuhya. Sedangkan apabila dikatakan saturasi air limapuluh persen, maka separuh air dan separuh lagi adalah hidrokarbon.Rumus penghitungan saturasi air dalam formasi semula diperkenalkan oleh Gus Archie (SHELL). Rumus ini membutuhkan masukan besaran porositas, resistivitas air formasi (atau salinitas air formasi) dan resistivas gabungan (air, hidrokarbon dan formasi). Rumus ini kemudian mengalami banyak perkembangan (tergantung model dan asumsi yang dipakai bagaimama clay tersusun dalam formasi batuan pasir) menjadi rumus Waxman-Smits (Shell), Dual Water Model (Schlumberger), Persamaan Indonesia, Persamaan Nigeria, Persamaan Venezuela dan Simandoux. Sedemikian pentingnya rumus ini sehingga pengembangan peralatan evaluasi formasi banyak difokuskan untuk melakukan pengukuran resistivitas dan porositas yang lebih baik untuk mendapatkan penghitungan saturasi air yang lebih akurat.Dari kurva resistivitas pada dasarnya orang akan dapat dengan mudah membedakan antara lapisan formasi yang mengandung air terhadap lapisan formasi yang mengandung minyak atau gas. Lapisan formasi yang mengandung minyak atau gas akan memiliki resistivitas lebih tinggi dari pada yang mengandung air. Peralatan pengukuran resistivitas mengaplikasikan prinsip induksi untuk pengeboran dengan Oil Based Mud (OBM) dan laterolog yaitu memfokuskan arus listrik secara lateral kedalam formasi dipakai dalam sumur yang menggunakan Water Based Mud (WBM) pada saat pengeborannya.Sedangkan pengukuran porositas mengaplikasikan beberapa teknologi didalam peralatannya. Peralatan dengan teknologi nuklir (neutron dan sinar gamma) dan akustik telah banyak dilakukan. Sebagai contoh aplikasi dari teknologi neutron adalah pemancaran partikel neutron dari sumber neutron kimia (seperti AmBe) ke dalam formasi. Selain sumber radioaktif kimia AmBe, dipakai pula minitron yaitu sumber radiokatif elektonik. Beberapa macam interaksi akan terjadi antara partikel neutron dengan partikel dalam formasi, tetapi interaksi yang paling menarik adalah ‘tumbukan elastis’. Pada interaksi ini hukum kekekalan energi berlaku, maka neutron akan kehilangan energi karena tumbukan dengan hidrogen. Karena massa neutron hampir sama dengan proton, dan atom hidrogen hanya memiliki satu proton. Hidrogen terdapat dalam fluida air dan hidrokarbon, dan fluida akan menempati pori-pori. Sehingga jumlah neutron yang kembali berbanding terbalik dengan porositas. Semakin sedikit neutron yang terdeteksi kembali oleh detektor, maka semakin tinggi porositas formation tersebut. Atau semakin banyak hidrogen dalam formasi, maka semakin tinggi porositasnya. Hal ini disebut sebagai Hydrogen Index (HI) dari formasi.Pengukuran porositas yang menggunakan teknologi nuklir tidak hanya mengukur porositas yang berhubungan dengan fluida, tetapi juga dipengaruhi oleh mineral batuan yang diukur. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengukuran porositas tersebut untuk mendapatkan nilai porositas total. Sedangkan untuk mendapatkan nilai porositas yang berhubungan dengan porositas yang ditempati oleh fluida dan tidak dipengartuhi oleh batuan mineral, teknologi resonansi magnetik nuklir (nuclear magnetic resonance) telah diaplikasikan dalam salah satu peralatan logging. Pada prinsipnya teknologi ini memanipulasi proton hidrogen dengan menggunakan gelombang elektromagnetik yang telah ditala sesuai dengan frekuensi hidrogen pada temperatur tertentu (baca tulisan berikutnya tentang teknologi ini). Pengukuran evaluasi formasi dengan teknologi resonansi magnetik nuklir telah berkembang dengan pesat. Bahkan dengan peralatan ini telah dimungkinkan untuk mengidentifikasi jenis fluida yang ada dalam pori-pori dan juga memberikan nilai saturasi air pada reservoar tersebut. Dan secara tidak langsung dapat pula melakukan pengukuran permeabilitas.Bagi insinyur reservoar pengukuran tekanan reservoar dan pengambilan sampel fluida yang ada dalam formasi adalah sangat penting. Dengan menggunakan peralatan logging seperti MDT (Modular Dynamic Tester), kegiatan pengukuran tekanan reservoar dapat dilakukan dalam berbagai konfigurasi. Peralatan ini sangat mekanikal dan digerakan dengan sistem hidraulik. Pada saat pengukuran peralatan diposisikan didepan formasi reservoar yang akan diukur. Untuk menyekat antara lubang sumur dengan reservoar yang akan diukur, alat ini secara hidraulik akan mendorong penyekat karet (packer) kearah dinding sumur. Kemudian alat ini dari tengah penyekat karet tersebut akan mengeluarkan pipa yang memiliki saringan (probe) yang akan terus didorong untuk masuk kedalam formasi reservoar. Untuk bisa mengukur tekanan dalam formasi tersebut, sebuah katup dibuka dan fluida dari formasi mulai mengalir melalui pipa berpenyaring masuk kedalam peralatan. Apabila tujuannya hanya untuk mengukur tekanan, maka proses ini cukup berhenti disini. Tetapi apabila ingin melakukan identifikasi fluida atau pengambilan sampel fluida maka kegiatan berikut adalah mengalirkan fluida melalui sensor lain seperti DFA (Downhole Fluid Analyser) sebelum masuk kedalam tabung penyimpan fluida. Peralatan DFA memiliki sensor yang bisa membedakan antara minyak dan air, juga antara cairan dan gas. Pada saat ini peralatan ini dikembangkan lebih jauh sehingga bisa mengukur komposisi gas, tingkat kontaminasi filtrat lumpur dan kandungan CO2. Peralatan logging MDT juga dapat memberikan pengukuran permeabilitas, yaitu secara tidak langsung dengan menggunakan pengukuran mobilitas dibagi dengan viskositas fluida.Semakin sulitnya untuk mendapatkan sumber minyak baru juga berhubungan dengan semakin kompleksnya struktur formasi yang dieksplorasi. Banyak formasi di batuan pasir yang lapisan pasirnya berselang-seling dengan batuan lempung (clay). Dan lapisan tipis yang berselang-seling ini akan mempengaruhi pengukuran. Maka dari itu kemampuan peralatan evaluasi formasi tersebut ditingkatkan, terutama resolusinya. Kondisi ini banyak dijumpai di sumur eksplorasi laut dalam. Jenis batuan formasi yang beragam : batuan pasir, batuan kapur, dolomite, vulkanik dan batuan dasar (basement), juga memberikan kontribusi terhadap kompleksitas dari pengukuran evaluasi formasi. Kegiatan evaluasi formasi, terutama wireline logging harus direncanakan sejak semula, dengan menentukan tujuan dari kegiatan logging tersebut. Peralatan evaluasi formasi yang sesuai sudah harus ditentukan dari awal, sehingga kegiatan tersebut menjadi lebih optimum untuk mendapatkan data yang ada. Hal ini belum lagi apabila kondisi sumur yang dibor sangat sulit, misalnya dengan deviasi yang tinggi, tekanan dan temperatur yang sangat tinggi, maka diperlukan peralatan khusus untuk membuat kegiatan logging ini dapat dilakukan.Kegiatan logging juga dilakukan dalam keadaan sumur telah dipasang selubung besi. Kegiatan ini biasanya berhubungan dengan evaluasi kondisi semen antara selubung dan dinding sumur. Hal ini penting dilakukan untuk memastikan bahwa antara resevoir air dan hidrokarbon ada semen yang cukup untuk memastikan tidak adanya komunikasi antara reservoar ini. Sehingga pada saat dilakukan perforasi (pelubangan sumur dengan bahan peledak terarah), dapat dipastikan bahwa fluida yang mengalir hanya berasal dari reservoar hidrokarbon.Pada lapangan sumur yang telah diproduksi dan mulai menghasilkan air, kegiatan logging pada umumnya berhubungan dengan mencari formasi mana yang sudah mulai terisi air, atau batas air dan minyak sudah semakin naik (Oil-Water Contact). Kondisi ini sangat berpengaruh pada tingkat produktivitas sumur, sehingga reservoar yang telah menghasilkan air lebih besar dari minyak biasanya akan ditutup. Namun hal ini tergantung dari biaya operasi sumur tersebut, apabila dengan sumur yang telah menghasilkan air dan masih menghasilkan keuntungan maka reservoar tersebut akan tetap dibuka sampai menghasilkan air seratus persen. Ada kalanya setelah diproduksi, ada reservoar yang dianggap mulanya tidak ekonomis atau terlewatkan sehingga tidak diperforasi. Dengan peralatan logging tertentu seperti RST (Reservoir Saturation Tool) atau CHFR (Cased Hole Formation Resistivity), reservoar yang terlewatkan (by-passed zone) tersebut bisa dianalisa.RST menggunakan minitron untuk menghasilkan neutron dengan energi yang tinggi. Sehingga interaksi yang terjadi antara neutron dengan hidrogen adalah tumbukan inelastik yang menghasilkan spektrum sinar gamma. Dari spektrum sinar gamma tersebut, yang berhubungan dengan elemen karbon dan oksigen diolah lebih lanjut untuk mendapatkan saturasi air. Elemen karbon berhubungan dengan hidrokarbon, dan elemen oksigen berhubungan dengan air. Sedangkan CHFR pengukurannya dilakukan pada saat peralatan berhenti (station), dan dengan lengan yang berujung logam runcing dan menekan pada dinding selubung besi, alat tersebut mengalirkan arus listrik. Tegangan antara dua lengan berujung logam runcing tersebut diukur (dalam skala nano volt). Dengan mengetahui arus yang dikeluarkan dan tegangan yang dikukur, maka resistivitas dapat dihitung. Pada prakteknya kita perlu membandingkan antara pengukuran resistivitas yang didapat dari CHFR dengan yang didapat dari peralatan induction atau laterolog pada saat sumur masih terbuka. Aplikasi kedua peralatan ini sangat bermanfaat pada lapangan marjinal pada saat pengerjaan work-over di sumur tua.Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kegiatan evaluasi formasi, khususnya wireline logging, dapat dilakukan mulai dari tahap eksplorasi sampai dengan pada saat sumur atau lapangan minyak akan ditinggalkan. Memang wireline logging menjadi sumber data utama bagi para geosaintis dan para insinyur untuk mendapatkan data formasi dibawah tanah. Pada umumnya perusahaan minyak menginvestasikan dananya sebesar 5% hingga 15% dari biaya total pengeboran sumur untuk kegiatan logging.Disamping itu tidak semua data yang berasal dari kegiatan logging tersebut dapat dipakai langsung untuk pengambilan keputusan. Beberapa data yang ada perlu diproses lebih lanjut dan kemudian diinterpretasi oleh log analis atau geosaintis yang berpengalaman. Dari data yang telah diproses dan dinterpretasikan tersebut, maka kegiatan yang terkait dengan data tersebut dapat dilakukan. Kegiatan tersebut misalnya untuk menentukan formasi reservoar yang mana yang akan diproduksi. Oleh karena itu sangat penting untuk memastikan bahwa kegiatan logging tersebut dapat menghasilkan informasi yang berharga untuk pengelolaan sumur atau lapangan minyak tersebut dikemudian hari. Untuk itu sangat diperlukan adanya kerja sama yang erat antara perusahaan minyak dan perusahaan jasa logging dalam merancang kegiatan evaluasi formasi, sehingga hasil yang didapat dapat memberikan hasil yang optimal.Sumber: http://duniamigas.wordpress.com/2008/06/05/peranan-teknologi-wireline-logging-di-industri-perminyakan/

Nilai sejarah kilang pangkalan Brandan


Membicarakan Sumur Minyak Telaga I tidak bisa dengan Kilang Minyak Pangkalan Brandan. Keduanya saling berkaitan. Catatan sejarah perjuangan bangsa juga melekat di sini.Kilang Pangkalan Brandan yang dikelola Unit Pengolahan (UP) I Pertamina Brandan, merupakan salah satu dari sembilan kilang minyak yang ada di Indonesia, delapan lainnya adalah, Dumai, Sungai Pakning, Musi (Sumatera), Balikpapan (Kalimantan), Cilacap, Balongan, Cepu (Jawa), dan Kasim (Papua).Ketika dibangun N.V. Koninklijke Nederlandsche Maatschappij pada tahun 1891 dan mulai berpoduksi sejak 1 Maret 1892, kondisi Kilang minyak Pangkalan Brandan, tentu saja tidak sebesar sekarang ini. Waktu itu peralatannya masih terbilang sederhana dan kapasitas produksi juga masih kecil.Bandingkan dengan kondisi sekarang, kilang yang berada di Kecamatan Babalan Langkat saat ini berkapasitas 5.000 barel per hari, dengan hasil produksi berupa gas elpiji sebanyak 280 ton per hari, kondensat 105 ton per hari, dan beberapa jenis gas dan minyak.Nilai sejarah kilang ini terangkum dalam dua aspek. Aspek pertama adalah memberi andil bagi catatan sejarah perminyakan Indonesia, sebab minyak pertama yang diekspor Indonesia bersumber dari kilang ini.Momentum itu terjadi pada 10 Desember 1957, yang sekarang diperingati sebagai hari lahir Pertamina, saat perjanjian ekspor ditandatangani oleh Direktur Utama Pertamina Ibnu Sutowo dengan Harold Hutton yang bertindak atas nama perusahaannya Refining Associates of Canada (Refican). Nilai kontraknya US$ 30.000.Setahun setelah penandatanganan kontrak, eskpor dilakukan menuju Jepang dengan menggunakan kapal tanki Shozui Maru. Kapal berangkat dari Pangkalan Susu, Langkat, yang merupakan pelabuhan pengekspor minyak tertua di Indonesia. Pelabuhan ini dibangun Belanda pada tahun 1898.Bumi HangusSedangkan aspek kedua adalah nilai perjuangan yang ditorehkan putra bangsa melalui kilang ini. Kisah heroiknya berkaitan dengan Agresi Militer I Belanda 21 pada Juli 1947, yakni aksi bumi hangus kilang.Aksi bumi hangus dilaksanakan sebelum Belanda tiba di Pelabuhan Pangkalan Susu, yakni pada 13 Agustus 1947. Maksudnya, agar Belanda tidak bisa lagi menguasai kilang minyak itu seperti dulu. Selanjutnya, aksi bumi hangus kedua berlangsung menjelang Agresi Militer II Belanda pada 19 Desember 1948. Tower bekas aksi bumi hangus itu masih dapat dilihat sampai sekarang.Nilai histrois yang terkandung dalam aksi bumi hangus ini, terus diperingati sampai sekarang. Pada 13 Agustus 2004 lalu, upacara kecil dilaksanakan di Lapangan Petrolia UP I Pertamina Brandan, yang kemudian disekaliguskan dengan dekralasi pembentukan Kabupaten Teluk Aru, sebagai pemekaran Kabupaten Langkat.Sebenarnya Belanda yang pertama sekali mempelopori aksi bumi hangus kilang Brandan. Karena menderita kalah perang, tentara Belanda membakar habis kilang ini pada 9 Maret 1942 sebelum penyerbuan tentara Jepang ke Tanah Air. Aksi serupa juga terjadi pada kilang minyak lainnya di Indonesia.Namun, Jepang ternyata bisa memperbaiki kilang-kilang tersebut dalam tempo singkat. Bahkan ahli-ahli teknik konstruksi perminyakan yang tergabung dalam Nampo Nen Rioso Butai, unit dalam angkatan darat Jepang, mampu memproduksi kembali minyak mentah, bahkan mendapatkan sumur-sumur produksi baru.Catatan yang ada menunjukkan, produksi minyak bumi Indonesia tahun 1943, saat Jepang berkuasa, hampir mencapai 50 juta barel. Sedangkan produksi sebelumnya pada 1940 adalah 65 juta barel. Hasil kilang pada 1943 sebesar 28 juta barel. Sedangkan pada tahun 1940 mencapai 64 juta barel.Kembali ke kilang Brandan, seiring dengan kekalahan Jepang, kilang juga kembali mengalami kehancuran. Puluhan pesawat pembom Mustang milik sekutu melancarkan serangan untuk melumpuhkan basis logistik dan minyak yang telah dikuasai Jepang. Kejadian itu berlangsung pada 4 Januari 1945.Sumber : http://edyfranjaya.wordpress.com/2009/03/23/3/

beam pump


Teknik ketiga dari Artificial Lift dengan menggunakan pompa elektrikal-mekanikal yang dipasang di permukaan yang umum disebut sucker rod pumping atau juga beam pump. Menggunakan prinsip katup searah (check valve), pompa ini akan mengangkat fluida formasi ke permukaan. Karena pergerakannya naik turun seperti mengangguk, pompa ini terkenal juga dengan julukan pompa angguk.

metode Res-2D


Metoda Res-2D merupakan salah satu cara untuk mengetahui kondisi bawah permukaan, baik untuk mengetahui distribusi vertikal ataupun lateral mineral dan batubara.Biaya untuk survei ini akan lebih murah dibandingkan dengan pemboran yang memerlukan jumlah pemboran yang banyak. Metoda ini dilakukan dengan menginjeksikan arus ke dalam bumi melalui lektroda besi, Besar kuat arus dan beda potensial yang terjadi saat injeksi dicatat dan dapat ditentukan nilai rho. Nilai rho sangat dipengaruhi oleh sifat fisis batuan ataupun fluida dan gas yang berada di bawah permukaan bumi. Oleh karena itu nilai rhodapat digunakan untuk menafsirkan keberadaan batubara, mineral di bawah permukaan bumi, baik sebaran, tebal; dan pada akhirnya dapat digunakan untuk menghitung cadangannya. telah dilakukan beberapa survei Res 2D di beberapa lokasi tambang batubara, prospek CBM,Model resistivityIni adalah contoh aplikasi Res2D untuk identifikasi sebaran batubara; masih banyak lagi contoh lain akan menyusul dilain kesempatan

metode KOR n CO2


Keyword: injeksi CO2 dan air simultan, injeksi slug CO2 dan air, injeksi CO2 dengan gas N2.TUJUANMeramalkan kinerja (performance) injeksi CO2 (CO2 - flood) dan membuat desain injeksi CO2.METODE DAN PERSYARATANMETODEDesain yang dilakukan dalam injeksi CO2 ke reservoir minyak dengan menentukan banyaknya air yang digunakan untuk menaikkan tekanan reservoir sehingga proses pencampuran CO2 dengan minyak dapat berlangsung, menentukan kebutuhan CO2 yang akan diinjeksikan ke reservoir yang didorong oleh gas N2, menentukan tekanan injeksi (di permukaan) CO2 ke reservoir yang tidak melebihi tekanan formasi.PERSYARATANMetode ini berlaku untuk sistem injeksi CO2 dan air secara simultan, injeksi slug CO2 dan air secara bergantian, dan injeksi CO2 dengan pendorong gas N2.LANGKAH KERJAPROSEDUR PERHITUNGAN JUMLAH AIR YANG DIBUTUHKAN UNTUK MENAIKKAN TEKANAN RESERVOIRTentukan harga MMP (Minimum Miscibility Pressure) dari percobaan.Siapkan data pendukung :- Faktor volume formasi minyak awal (Boi)- Faktor volume formasi minyak pada saat injeksi akan dimulai (Bo)- Faktor volume formasi gas awal (Bgi)- Faktor volume formasi gas pada saat injeksi akan dimulai (Bg)- Perbandingan kelarutan gas dalam minyak awal (Rsi)- Perbandingan kelarutan gas dalam minyak pada saat injeksi akan dilakukan (Rs)- Produksi kumulatif minyak (Np)- Recovery Factor primer (RF)- Produksi kumulatif air (Wp)- Laju alir produksi minyak saat injeksi akan dimulai (qo)- Laju alir produksi air saat injeksi akan dimulai (qw)- Perbandingan gas dan minyak (GOR)Hitung jumlah fluida yang telah diproduksi (Fp) :Persamaan 1Dimana:Persamaan 2Persamaan 3Hitung jumlah fluida yang akan terproduksi selama proses menaikkan tekanan reservoir (qf) :Persamaan 4Hitung waktu yang dibutuhkan untuk menaikkan tekanan reservoir :Persamaan 5Jumlah air yang dibutuhkan untuk menaikkan tekanan reservoir sehingga proses pendesakan CO2 dapat berlangsung adalah :Persamaan 6PERHITUNGAN JUMLAH CO2 YANG DIBUTUHKAN UNTUK INJEKSIAsumsi yang digunakan adalah breakthrough time CO2 pada penyapuan CO2 di mixing zone. Siapkan data pendukung :- Area (A)- Tebal zona minyak (h)- Porositas (φ )- Efisiensi penyapuan (Ea)- Efisiensi penyapuan secara vertikal (Ev)- Saturasi minyak residual di zona penyapuan CO2 (Sor)- Laju injeksi (qi)Hitung waktu yang dibutuhkan front CO2 bergerak disepanjang reservoir (tCO2) :Persamaan 7Persamaan 8Dc-o = Koefisien difusi CO2 dengan minyak ≈ 3.5 × 10-5 cm2/sDn-c = Koefisien difusi N2 dengan CO2 ≈ 65 × 10-5 cm2/sHitung volume CO2 di zona difusi (Vd):Persamaan 9Jumlah CO2 yang dibutuhkan untuk melakukan pendesakan minyak adalah :Persamaan 10dimana :Vs = Volume CO2 dibelakang front, umumnya 5 – 10% dari PV (Pore Volume)PERHITUNGAN TEKANAN INJEKSI CO2Siapkan data pendukung :- Temperatur reservoir (Tr)- Temperatur permukaan (Ts)- SG CO2- Faktor deviasi CO2- Kedalaman reservoir (D)- Inside diameter tubing (d)- Measured depth (MD)- Kekasaran tubing (n)- Viskositas CO2 (μCO2)Perhitungan tekanan statik yang dibutuhkan untuk menginjeksikan CO2 (Pts) adalah :Persamaan 11Perhitungan tekanan injeksi tubing CO2 (Ptf) adalah :persamaan 12Dimana:Persamaan 13Persamaan 14Persamaan 15